Targetlink.id– Seorang gadis bernama Yona dibesarkan oleh neneknya. Mereka tinggal disebuah Desa terpencil, bertani untuk melangsungkan hidup demi kebutuhan sehari hari.
Gubuk dari dinding anyaman, itulah tempat tinggal mereka. Yona merupakan anak yang cerdas, ia ditinggalkan oleh orang tuanya sejak berusia 2 tahun.
Ibu dan ayahnya meninggal karena korban bencana longsor kala itu. Beberapa tahun kemudian, ia tumbuh menjadi anak yang baik dibesarkan oleh sang nenek.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelum berangkat sekolah ia selalu mengangkat kerupuk terbuat dari bahan singkong untuk dijemur dan dijual sebagai tambahan kebutuhan sekolah Yona.
Di Sekolah Dasar, Yona disayangi gurunya berkat peringkat hingga SMA. Dihari terakhir duduk dibangku sekolah, tamat (lulus ujian akhir) ia menatap kertas yang ditempel di kaca sekolah keterangan namanya yakni juara umum.
Dengan berlinang airmata, bahagia, ia bergegas ingin pulang, kerumah untuk membawa kabar bahagia ini pada neneknya. Sesampainya dipagar sekolah ia dihadang oleh Kepala Sekolah yakni Pema.
Pema: Na, tunggu dulu, mau kemana cepat cepat gini, ayo duduk diruangan ibu sebentar. Oh ya, selamat ya udah jadi juara umum. “Tersenyum”
Yona: Ia buk, maksih atas bimbingannya, nenek pasti senang dengar kabar ini, semuanya berkat ibu yang memberikan ilmu pada kami. “Tersenyum, obralan keduanya sambil memasuki ruangan Kepsek”
Pema: Ayo minum teh hangatnya na, saran ibu itu kamu harus melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, biar nantinya kamu jadi sarjana bisa bikin nenekmu tambah senang. Saya paham kondisi latar belakang keluargamu, ini sekedar masukan saja, nanti kamu bisa tinggal dengan saudara ibu disana, bantu jaga anaknya dan toko. Oh ya ini ada mukena baru, terima ya “tersenyum”.
Yona: Terimakasih banyak buk, pulang dulu, mau bantu nenek di kebun.
Pema: Ya, hati hati dijalan ya nak.
Yona: ya buk.
Sesampainya dirumah, Yona menyiapkan lembaran hasil kelulusan terbaiknya yang dikemas dengan kertas kado sebagai suprais untuk nenek. Tiba tiba ia termenung menatap foto ayah dan ibunya, katanya dalam hati “seandainya mereka ada pasti bahagia” sambil mengusap matanya kemudian pergi ke kebun.
Waktu berjalan, sore hari Yona dan nenek kembali kerumah, Adzan Maghrib memanggil, keduanya pergi ke sebuah surau untuk shalat berjamaah dan mengaji bersama warga setempat. Usai pelaksanaan itu, sebelum tidur ia berbaring di kasur dan merenung ucapan Pema dan mengingat ayah dan ibu
Nenek: Na, kamu mikir apa, kok menung, kalo ada masalah cerita aja mana tau ada solusi “kata nenek sambil menjahit sebuah baju”
Yona: Ga ada, cuman ingat sama bapak, ibuk. Oh ya nek, coba buka ini, tadi aku disarankan kuliah sama kepsek. “Jawabnya sambil melihat neneknya membuka bungkusan”
Nenek: Nenek senang dengar kamu ngomong gitu na, Allhamdulilah, na, terimakasih ya Allah. “Keduanya berpelukan”
Yona: Maaf nek, Yona sering nunda waktu bantu nenek, semuanya demi tugas sekolah, maksih nek udah sekolahin aku.”berpelukan”
Nenek: Ya na, kamu cucu kayangan nenek, tetap rendah hati ya sayang. Saran gurumu itu baik, kamu lanjutkan saja kuliah, biar nenek pikirin. Ini ada perhiasan, kemudian ada tanah yang gak kita garap peninggalan almarhum kakek bisa dijual, minimal bisa untuk biaya awal “menangis”
Yona: ga nek, ini untuk nenek. Tadi itu kepsek bilang ada keluarganya di jakarta, aku bisa tinggal disana, hari libur bisa bantu bantu di tokonya dan jaga anak anaknya “katanya”
Nenek: Ya udah, berangkat na, jangan sia siakan kesempatan itu, kamu satu satunya yang nenek miliki “bahagia”
Yona: Tapi nek, aku gak sanggup ninggalin dan jauh dari nenek. Dari tadi itu pertimbanganku, sedangkan kesempatan sampai Minggu depan. “Jawabnya”
Nenek: Tidak apa apa na, nenek bisa sendiri, lagian warga disini juga ada kalau terjadi apa apa, ya, kamu bisa. “Kata nenek mengelus kepala Yona”
Beberapa hari kemudian, Yona didatangi oleh Pema bersama Kepala Desa dan teman temannya di SMA yakni, Rini, Ronal, Tika untuk menanyakan kepastian sekaligus memberi semangat.
Pema: Assalamualaikum….
Nenek: Waalaikumsalam, eh buk Kepsek, ayo masuk, pak lurah, Rini, Ronal, Tika. Tumben datang kompak gini “tersenyum”
Pema: Ya bu, oh ya, Yona mana “ucapnya”
Nenek: Ada, na, na, ini ada buk guru sama pak kades. “Teriaknya”
Yona: Eh buk guru, Pak Kades, Rini, Ronal, Tika. Ayo diminum tehnya. “Tersenyum”
Pema: Gini, maksud kedatangan ibu untuk nanya kembali gimana na, bisa, sanggupkah kamu kuliah. Nanti saya telpon saudara di jakarta, biar diberi kabar kepastian. “Katanya”
Yona: Ya bu sanggup, sudah di diskusikan sama nenek. “mengangguk”
Pak Kades: Alhamdulillah, Semangat ya banggakan desa kita na. “tersenyum”
Ronal, Tika, Rini: Ia na, jangan siakan kesempatan ini.
Akhirnya Yona, menentukan keputusannya untuk berangkat ke Jakarta melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Nenek, Teman temannya, Kepsek, Pak Kades melepaskan keberangkatannya dengan tumpangan bus.
Setibanya di Jakarta ia juga disambut oleh Saudara Pema dan tinggal bersama keluarganya disana. Kemudian ia kuliah di Universitas ternama di Jakarta. Waktu berlalu, Yona sah menjadi sarjana, ia gigih ingin melanjutkan pendidikannya yang dibiayai oleh beasiswa pemerintah hingga meraih gelar doktor.
Setelah tamat, ia mulai menempuh karinya sebagai dosen di Universitas Jakarta. Keluarga Pema, Arini seorang pemilik toko mengagumkan kegigihan Yona. Ia teringat kampung halaman dan ingin menjemput nenek untuk dibawa ke Jakarta.
Yona: Buk, bisakan kita sama sama ke kampungku, aku rindu sama nenek “ajakan”
Arini: Ya, ayo sama sama “setuju ajakan”
Setelah sampai dikampung Yona, ia bertemu dengan Kepsek Pema, mereka terlihat bahagia melepas kerinduan yang lama terpendam. Kades, juga diucap dalam perbincangan mereka.
Yona: Oh ya, ayo ke tempat nenek
Pema: Na, makan dulu, ibu siapin sop”kata pema”
Yona: Nanti aja Bu, ayo “desaknya”
Pema: “Menatap ke wajah Arini”
Arini: Na, sabar dulu “tahan Arini”
Yona: Napa buk”bingung”
Pema: Na kamu yang sabar ya, tabah ya, semuanya sayang kamu “menangis”
Yona: Napa buk, apa yang terjadi sama nenek “menangis”
Pema: Nenek sudah tiada, kami sengaja tidak memberitahu kamu na, takut konsentrasimu terganggu. Sabar ya sayang”menangis”
Ronal, Tika, Rini mendengarkan kabar Yona pulang kampung halaman, mereka bertemu di rumah Pema. Dan mengucapkan selamat atas hijrah dan pengabdian, ucapan terimakasih berupa sumbangan untuk Desanya.
Yona sabar, dan menangis dikuburan neneknya. Sebelum meninggal neneknya dirawat oleh Pema.
Kemudian Yona menikah seorang yang sama dengan profesinya yakni satu Universitas, Dengan tekad dan janjinya dahulu, ia berpatisipasi membangun desanya, dimulai dari pendidikan, hingga pembangunan lainnya.
Pada akhirnya, Desanya melesat maju, semua orang di desanya berterima kasih pada dosen di sebuah Universitas besar di Jakarta Yona, yang telah merancang pembangunan dari hasil inovasi dan mendongrak kreativitas masyarakat berbagai produk dari hasil pertanian.
Cerita ini, merupakan suatu karangan atau efektif belaka dan tidak bermaksud untuk menyinggung pihak tertentu. Hal ini sengaja dirancang sebagai hiburan, edukasi, motivasi karena semangat dan nasib kesuksesan seseorang berkat perjuangan, gerakan. Hal ini suatu pembelajaran, bahwa tak bernilai belum tentu tidak berguna. (Red)
Penulis : Liya
Editor : Pd
Sumber Berita : Liya