Targetlink.id– Susunan deretan buku di papan plang dengan berbagai tulisan di Jalan HB Alhabsyi Kwitang persimpangan seberang Pasar Senen, Jakarta Pusat.
“Sini, lihat dulu aja, nyari buku apa? Novel? Ini banyak yang baru-baru,” ujar salah satu penjual di pelapak trotoar itu.
Inilah area yang menjadi sisa sisa dari sentra buku legendaris Kwitang di kawasan Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Topik buku yang tersedia di sana juga sangat beragam dari mulai tentang politik, sastra, ekonomi, hingga buku anak-anak. Demikian pula dengan latar belakang pengunjung yakni dari mulai mahasiswa, dosen, bahkan hingga dari mancanegara.
Dia yang sudah berjualan buku sejak 1997 silam menceritakan kenangannya di masa jaya Kwitang, apalagi saat tahun ajaran baru.
“Tahun ’97 itu jayanya luar biasa memang, sampai kita enggak sempat makan siang. Karena begini, pertama, setiap tamat sekolah, setiap waktu sekolah Kelas 1, kelas 2 cari buku. Kelas 2, kelas 3 cari buku. Kemudian yang tamat mau masuk Perguruan tinggi setelah magang, pasti akan cari buku, akan kemari, biasanya membludak dari area Jabodetabek, makanya kami tetap bertahan,”tambahnya.
Sekalipun masih saja ada pencari buku yang datang ke Kwitang, dia mengatakan tingkat keramaiannya tak seperti dahulu.
“Itu zamannya. Kalau dampak, ya pasti ke kita seperti yang Mbak lihat sendiri lah, pembeli jarang tuh”
Salah satunya adalah Risa (21), seorang mahasiswi dari Depok yang mengaku sengaja untuk datang mencari buku bekas ke Kwitang.
“Iya, cari buku manajemen buat tugas. Tadinya ke Jatinegara, tapi enggak nemu, akhirnya kesini,” ujar Risa.
Perempuan tersebut mengaku tahu Kwitang sudah lama. Informasi tentang Kwitang itu pun dia dapatkan dari orangtua hingga dosen-dosennya.
“Menurut aku tetap penting ya, walaupun ada online sekarang tapi kan tetap butuh buku cetak. Kadang lebih gampangan baca buku cetak daripada yang online. Terus nggak perlu nunggu lama kalau beli di toko online ini dateng, beli, langsung di tangan,” jelasnya.
Sumber Berita : Cnn