Targetlink.id — Di tanah rantau, seseorang bisa tampak kuat, tersenyum, bahkan menolong banyak orang. Namun jauh di balik tatapan mata yang tenang itu, ada luka yang tak selalu terlihat: luka seorang anak yang kehilangan ayah dan ibu, dan kini juga terpisah dari anaknya sendiri.
Sepi yang Tak Pernah Benar-Benar Hilang
Hidup di rantau mengajarkan banyak hal, tapi tak pernah mengajarkan cara menanggung sepi.
Ketika malam datang dan lampu-lampu kota berkelip, hati justru terasa paling hampa. Di sela hiruk pikuk, rindu pada orang tua yang telah tiada datang tanpa permisi — mengingatkan pada pelukan ibu yang hangat, dan suara ayah yang dulu selalu memberi semangat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kini semua itu hanya kenangan.
Tidak ada lagi suara lembut memanggil pulang, tidak ada lagi doa yang diucapkan langsung dari bibir mereka. Hanya gema sunyi di dada, yang perlahan mengajarkan arti kehilangan.
Rindu yang Tak Bisa Dinyatakan
Lebih perih lagi ketika jarak juga memisahkan dengan sang anak.
Waktu dan keadaan membuat tangan tak lagi bisa memeluk, mata tak lagi bisa menatap langsung.
Setiap kali melihat anak kecil berjalan bersama orang tuanya, hati seakan tergores — mengingat masa-masa ketika masih bisa mengantar, menimang, dan melihat tawa kecil itu dari dekat.
Namun kini, yang tersisa hanyalah pesan singkat dan doa panjang di malam hari.
Rindu itu tak lagi punya tempat untuk bertemu, hanya ruang sunyi tempat air mata menetes perlahan.
Belajar Bertahan di Tengah Kehilangan
Bagi anak rantau, kehilangan bukan hal baru. Tapi kehilangan dua arah orang tua yang pergi untuk selamanya, dan anak yang jauh karena keadaan adalah ujian yang paling berat.
Di antara dinginnya kamar kos dan lelahnya bekerja, hati terus berusaha kuat.
Kadang, satu-satunya yang membuat tetap berdiri adalah keyakinan bahwa doa tak mengenal jarak. Bahwa ayah dan ibu di alam sana masih menjaga dari jauh, dan anak yang jauh di mata tetap merasakan kasih dalam setiap hembus doa yang dikirimkan.
Pulang dalam Doa
Kini, “pulang” bukan lagi tentang tempat.
Pulang adalah tentang hati yang tenteram, tentang doa yang selalu mengikat mereka yang terpisah jarak dan waktu.
Karena sejauh apa pun langkah membawa pergi, cinta keluarga tak pernah benar-benar berakhir. Ia hanya berubah wujud dari pelukan menjadi doa, dari tatapan menjadi kenangan, dari kebersamaan menjadi kekuatan.(Ly)