Harijono, Pria Asal Malang Sukses Budidaya Burung Perkutut

Avatar photo

- Jurnalis

Jumat, 26 September 2025 - 13:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TargetLink.id – Dari sekadar penasaran, Harijono (55) kini sukses dikenal sebagai pembudidaya burung perkutut lomba asal Pakis, Kabupaten Malang. Suara merdu burung-burung peliharaannya bukan hanya mengantarkannya juara di berbagai kontes, tapi juga bernilai hingga ratusan juta rupiah.
Burung perkutut, yang memiliki nama latin Geopilia, memang lama jadi primadona pecinta burung karena kicauannya yang khas. Tingginya minat, terutama untuk lomba, membuat harga perkutut bisa melambung tinggi.

Hal inilah yang mendorong Harijono menekuni dunia budidaya burung perkutut bangkok khusus lomba sejak tahun 2000. Kini, ia memiliki puluhan burung berkualitas yang sudah dikenal di kalangan pencinta perkutut.

 

ADVERTISEMENT

banner

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pria 55 tahun itu menceritakan awal mula usahanya bermula dari obrolan dengan seorang pelanggan saat masih bekerja sebagai tenaga pemasaran

“Dulu saya bekerja sebagai tenaga pemasaran di salah satu perusahaan. Saat itu saya bertemu dengan salah satu pelanggan yang membudidayakan burung perkutut lomba,” kata Harijono, Senin (22/9/2025)

“Saat bertemu pelanggan ini saya ngobrol banyak dan baru tahu kalau ternyata burung perkutut ini bisa laku mahal. Dari situ, tahun 2000 saya mulai coba belajar bagaimana cara budidaya burung perkutut,” imbuhnya.

Sejak itu, Harijono tekun belajar pada breeder perkutut kenalannya. Mulai dari tata cara budidaya hingga memahami suara dan irama burung yang bagus.

“Kalau burung perkutut lomba ini beda dengan burung perkutut biasa. Kalau burung perkutut lomba ini yang dicari suara dan iramanya. Kalau bahasa awamnya, mirip seperti orang bernyanyi begitu juga dengan burung perkutut,” jelasnya.

Untuk mengasah kualitas, Harijono rajin mengikuti perlombaan, baik di Malang Raya maupun di luar daerah seperti Surabaya dan Blitar. Upayanya tak sia-sia, beberapa kali ia berhasil meraih podium juara.

Salah satu perkututnya bernama Fatin pernah sering juara hingga ditawar Rp 50 juta dan akhirnya ia lepas. Kini, maskot andalannya bernama Bangga Agung bahkan pernah ditawar Rp 160 juta oleh pengusaha batu bara asal Kalimantan, namun ditolak.

“Fatin dulu sering juara sampai ditawar Rp 50 juta dan sudah saya lepas. Sekarang ini saya masih ada sepasang, saya beri nama Bangga Agung. Maskot saya ini pernah ditawar Rp 160 juta oleh pengusaha batu bara asal Kalimantan tetapi tidak saya lepas,” ungkap Harijono.

“Soalnya Bangga Agung ini kan memiliki suara yang merdu dan sering meraih juara. Meski usianya sudah tua sekitar 6 tahun, tapi jika dibudidayakan pastinya akan menghasilkan bibit yang unggul nantinya,” sambungnya.

Meski begitu, Harijono menyebut budidaya perkutut tidak mudah. Indukan berkualitas tidak selalu menjamin keturunan yang moncer.

“Jadi bisa di bilang dari indukan bagus pasti anaknya bagus. Cuman kualitasnya apakah bisa lebih moncer itu belum tentu. Jadi yaa kalau tiba-tiba beli dan dapat kualitas bagus itu rezeki,” terangnya.

Menurutnya, alur budidaya diawali dengan menjodohkan sepasang perkutut. Setelah bertelur, butuh sekitar 14 hari untuk menetas. Bayi perkutut kemudian di pindahkan ke burung puter untuk dibesarkan selama 1,5 bulan. Pada fase ini, burung diberi penanda berupa ring dengan nomor seri dari Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia.

“Ring itu sebagai data penanda, semisal burung itu juara. Dari tahap inilah, bisa diketahui burung perkutut yang di hasilkan berkualitas atau tidak. Kode ini juga bisa membantu pembeli mengetahui akar keluarganya burung ini seperti apa,” tutur Harijono.

Baca Juga :  Karya Batik Khas Daerah Siswa SMKN 4 Sungai Penuh Siap di Pasarkan

Penilaian kualitas bibit di lakukan dengan cara di ikutkan lomba. Dari situlah, baru bisa di ketahui apakah burung tersebut punya suara bagus atau tidak.

Baca Juga :  Kodim 0417/Kerinci Gelar Upacara Bendera Bulanan, Berikan Penghargaan Babinsa Terbaik, dan Laksanakan Jam Komandan.

“Lomba burung perkutut ini ada 3 kelas. Pertama kelas piyik hanging usia kisaran di bawah 5 bulan. Kedua kelas piyik junior untuk usia di bawah 7 bulan. Ketiga kelas dewasa dengan usia burung di kisaran 8 bulan,” terangnya.

“Perbedaannya 3 kelas ini, untuk ketinggian tiang. Kalau kelas dewasa syarat harus sepasang dan ketinggian tiang 7 meter. Kalau kelas piyik junior itu tidak sepasang dan ketinggian tiang sekitar 4 meter dan untuk piyik hanging sama tidak sepasang, cuman ketinggian lebih rendah,” imbuhnya

Editor : Liya

Sumber Berita : Detikcom

Berita Terkait

Rezki Tuan Diturunkan Tuhan 
Gadis Kampung Yona
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 10 Oktober 2025 - 11:14 WIB

Rezki Tuan Diturunkan Tuhan 

Jumat, 3 Oktober 2025 - 01:35 WIB

Gadis Kampung Yona

Jumat, 26 September 2025 - 13:29 WIB

Harijono, Pria Asal Malang Sukses Budidaya Burung Perkutut

Berita Terbaru

Internasional

Israel-Hamas Sepakat, Ribuan Tahanan Palestina di bebaskan

Selasa, 14 Okt 2025 - 00:47 WIB

Kerinci

Meriahkan HUT TNI, Kodim 0417/Kerinci Gelar Fun Glove

Senin, 13 Okt 2025 - 23:08 WIB

Artikel

Ini Koleksi Ilmiah Menurut Direktur Brin

Senin, 13 Okt 2025 - 20:57 WIB

Jakarta

Menteri Purbaya Sidak Jalur Hijau Pelabuhan Tanjung Priok

Senin, 13 Okt 2025 - 20:50 WIB