Rindu di Tanah Rantau: Luka Seorang Anak yang Sendiri

Avatar photo

- Jurnalis

Minggu, 12 Oktober 2025 - 19:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oplus_16908288

Oplus_16908288

Targetlink.id — Di tanah rantau, seseorang bisa tampak kuat, tersenyum, bahkan menolong banyak orang. Namun jauh di balik tatapan mata yang tenang itu, ada luka yang tak selalu terlihat: luka seorang anak yang kehilangan ayah dan ibu, dan kini juga terpisah dari anaknya sendiri.

 Sepi yang Tak Pernah Benar-Benar Hilang

Hidup di rantau mengajarkan banyak hal, tapi tak pernah mengajarkan cara menanggung sepi.
Ketika malam datang dan lampu-lampu kota berkelip, hati justru terasa paling hampa. Di sela hiruk pikuk, rindu pada orang tua yang telah tiada datang tanpa permisi — mengingatkan pada pelukan ibu yang hangat, dan suara ayah yang dulu selalu memberi semangat.

ADVERTISEMENT

banner

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kini semua itu hanya kenangan.
Tidak ada lagi suara lembut memanggil pulang, tidak ada lagi doa yang diucapkan langsung dari bibir mereka. Hanya gema sunyi di dada, yang perlahan mengajarkan arti kehilangan.

Baca Juga :  Keseimbangan Hidup Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga

Rindu yang Tak Bisa Dinyatakan

 

Lebih perih lagi ketika jarak juga memisahkan dengan sang anak.
Waktu dan keadaan membuat tangan tak lagi bisa memeluk, mata tak lagi bisa menatap langsung.
Setiap kali melihat anak kecil berjalan bersama orang tuanya, hati seakan tergores — mengingat masa-masa ketika masih bisa mengantar, menimang, dan melihat tawa kecil itu dari dekat.

Namun kini, yang tersisa hanyalah pesan singkat dan doa panjang di malam hari.
Rindu itu tak lagi punya tempat untuk bertemu, hanya ruang sunyi tempat air mata menetes perlahan.

 Belajar Bertahan di Tengah Kehilangan

 

Bagi anak rantau, kehilangan bukan hal baru. Tapi kehilangan dua arah orang tua yang pergi untuk selamanya, dan anak yang jauh karena keadaan adalah ujian yang paling berat.
Di antara dinginnya kamar kos dan lelahnya bekerja, hati terus berusaha kuat.

Baca Juga :  Makna Persahabatan Sejati Dalam Hidup Kita

Kadang, satu-satunya yang membuat tetap berdiri adalah keyakinan bahwa doa tak mengenal jarak. Bahwa ayah dan ibu di alam sana masih menjaga dari jauh, dan anak yang jauh di mata tetap merasakan kasih dalam setiap hembus doa yang dikirimkan.

Pulang dalam Doa

 

Kini, “pulang” bukan lagi tentang tempat.
Pulang adalah tentang hati yang tenteram, tentang doa yang selalu mengikat mereka yang terpisah jarak dan waktu.

Karena sejauh apa pun langkah membawa pergi, cinta keluarga tak pernah benar-benar berakhir. Ia hanya berubah wujud dari pelukan menjadi doa, dari tatapan menjadi kenangan, dari kebersamaan menjadi kekuatan.(Ly)

Berita Terkait

Ini Koleksi Ilmiah Menurut Direktur Brin
Keseimbangan Hidup Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga
Misteri dan Keindahan Abadi Danau Maninjau Sumbar
Keistimewaan Kopi Kerinci, Dari Lereng ke Dunia
Bundo Kanduang: Simbol Kepemimpinan Perempuan Minangkabau
Makna Persahabatan Sejati Dalam Hidup Kita
Berita ini 14 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 13 Oktober 2025 - 20:57 WIB

Ini Koleksi Ilmiah Menurut Direktur Brin

Minggu, 12 Oktober 2025 - 19:45 WIB

Rindu di Tanah Rantau: Luka Seorang Anak yang Sendiri

Minggu, 12 Oktober 2025 - 15:53 WIB

Keseimbangan Hidup Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 20:43 WIB

Misteri dan Keindahan Abadi Danau Maninjau Sumbar

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 13:30 WIB

Keistimewaan Kopi Kerinci, Dari Lereng ke Dunia

Berita Terbaru

Internasional

Israel-Hamas Sepakat, Ribuan Tahanan Palestina di bebaskan

Selasa, 14 Okt 2025 - 00:47 WIB

Kerinci

Meriahkan HUT TNI, Kodim 0417/Kerinci Gelar Fun Glove

Senin, 13 Okt 2025 - 23:08 WIB

Artikel

Ini Koleksi Ilmiah Menurut Direktur Brin

Senin, 13 Okt 2025 - 20:57 WIB

Jakarta

Menteri Purbaya Sidak Jalur Hijau Pelabuhan Tanjung Priok

Senin, 13 Okt 2025 - 20:50 WIB